Kamis, 30 April 2015

asuhan keperawatan efusi pleura


BAB I
TINJAUAN PENYAKIT

A.    PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melaikan hanya merupakan gejala dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (Arif Muttaqin, 2008).

B.     ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2008) menyatakan bahwa, berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi.
1.      Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatitis), sindrom vena kava supersior, tumor, dan sindrom Meigs.
2.      Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan penyakit kolagen.
3.      Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkolosis.
Berdasarkan lokasi cairan, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapiefusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan penyakit jantung kongesif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus, eritamatosus sistemis, tumor, dan tuberkulosis.



C.     GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1.      Batuk
2.      Cegukan
3.      Pernafasan yang cepat
4.      Nyeri perut.
(Sumber Situs Kesehatan : www.spesialis.info)

D.    PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Arif Muttaqin, 2008).




E.     PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung kongestif, pneumonia, seosis).
            Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila penyebab dasar adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.
Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiclin, dimasukan kedalam ruanga pleura untuk mengobliterasi ruang pleuar dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. Setelah agens dimasukan, selang dada di klem dan pasien dibantu mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya sesuai yag diresepkan, dan drainase dada diteruskan beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural fiseralis dan parietalis. Modalitas penyakit lainya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah pleurectomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat, prosedur dianostik yang lebih jauh dilakukan untuk menentukan penyebabnya penyatik. Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan. (Nuzulul Zulkarnain Haq, 2011)






BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
EFUSI PLEURA

A.    PENGKAJIAN
1.      Anamnesis
a.       Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama/kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan, pekerjaan klien, dan asuransi kesehatan.
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong klien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada klien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlukalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
b.      Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun. Perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c.       Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan pula, apakan klien pernah menderita penyakit seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya kemungkinan faktor predisposisi.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain sebagainya.




e.       Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien terhadap tindakan yang dilakukan kepada dirinya.
2.      Pemerikaan Fisik
a.       Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan eskpansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum purulen.
b.      Palpasi
Pendorongan mediastinum kearah hemitorak kontralateral yang diketahui dari posisi trakea dan ictus cordis. Taktil fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >300cc. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
c.       Perkusi
Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya.
d.      Auskultasi
Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada posisi duduk, cairan semakin keatas semakin tipis.
3.      Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a.       Pemeriksaan Radiologi
Pada Flouroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak berupa penumpukan kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari 300cc, frenococostalis tampak tumpul dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikannya, perlu dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus). Foto ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit.  Pemeriksaan radiologi foto thoraks juga diperlukan sebagai monitor atas intervensi yang telah diberikan dimana keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan dengan penunjang pemeriksaan foto thoraks.

b.      Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura).
c.       Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan udara residual ke kapasitas total paru, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronis tahap lanjut.
d.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai mendeteksi kemungkinan pnyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat, dan transudat.
1)      Haemorrhagic pleural efusion, biasanya terjadi pada klien dengan adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama disebabkan oleh tuberkulosis.
2)      Yellow exsudate pleura efusion, terutama terjadi pada keadaan gagal jantung kongestif, sindrom nefrotrik, hipoalbuminemia, dan perikarditis konstriktif.
3)      Clear transudate pleural efusion, sering terjadi pada klien dengan keganasan ekstrapulmoner.

B.     DIANOGSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura ditandai dengan (DS= pasien mengatakan bahwa ia sesak nafas; DO= pasien nampak sesak nafas, pernafasan pasien nampak cepat dengan RR= > 20x/menit).
2.      Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura ditandai dengan (DS= pasien mengatakan nyeri dada dan nyeri perut dan mengatakan nyeri seperti ditusuk saat batuk dan nafas dalam, pasien mengatakan nyeri pada skala.... ; DO= pasien nampak....)
3.      Resiko intoleran aktivitas yang berhungan dengan gangguan pertukaran gas dan nyeri akut.

C.    INTERVENSI
No.
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura di tandai dengan ( ds = pasien mengatakan bahwa ia sesak napas; do = pasien nampak sesak napas, pernapasan pasiean nampak cepat dengan RR: >20x/menit )
Tujuan:Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria : Bunyi napas jelas,  frekuensi napas 12-20/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.
Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan menungkat denagn aktivitas
4. Bantu respon setiap 8 jam jika mungkin
5. Latihan batuk efektif lima kali setiap jam
6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam
7. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi :
8. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
9. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.
Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspansi paru, jika klien dalam posisi duduk kemampuan ekspansi paru akan meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu
Membantu drainase postural, mencegah depresi jaringan paru/dada untuk Pernapasan
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah
Mengevaluasi kondisi yang mungkin dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan.
Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi.
Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dapat dialirkan melalui masker oksigen, hal tersebut seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan
2.
Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura ditandai dengan ( ds = pasien mengatakan nyeri dada dan nyeri perut dan mengatakan nyeri seperti ditusuk saat batuk dan napas dalam, pasien mengatakan nyeri pada skala....; do = pasien nampak .......)
Tujuan: Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.
Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam
2. Amati kultur sputum
3. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minum hangat, lingkungan yang tenang dengan cahaya yang redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
Mandi dengan air dingin dan selimut yang tidak terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yang berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.




D.    EVALUASI
DIAGNOSA 1
S          = Pasien mengatakan tidak sesak napas lagi.
O         = Bunyi napas jelas
Frekuensi napas/RR normal ( 12-20x/menit )
Batuk pasien nampak berkurang
DIAGNOSA 2
S          = Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
O         = Ekspresi wajah pasien tampak rileks.
Suhu tubuh pasien normal ( 36,50 C – 37,50C )
DIAGNOSA 3
Resiko intoleran aktivitas tidak terjadi.



REFERENSI
(2008). Retrieved September 9, 2014, from Artikel dan InformasiPenyakit:
http://www.spesialis.info/?efusi-pleura,994

Haq, N. Z. (2011, Oktober 12). Retrieved September 09, 2014, from Nuzulhook:
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35519-Kep%20Respirasi-Askep%20Efusi%20Pleura.html

Herdman, T. H. (2011). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan klasifikasi 2012 dan 2014.
Jakarta: EGC.

Mailiyn, D. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian keperawatan pasien (3 ed.). Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta, Jakarta, Indonesia: Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar