BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana WHO melaporkan bahwa
setengah persen dari
penduduk dunia terserang penyakit tuberkulosis.Menurut catatan Departemen Kesehatan, di Indonesia seperti
penderita tersebut ditemukan di RS dan sepertiga lagi di puskesmas, sisanya
tidak terdeteksi dengan baik. Jangkauan puskesmas untuk menemukan penderita
baru masih sangat terbatas, rumah sakit belum diikutsertakan secara optimal
dalam pelaksanaan program directly
observed treatment short course (DOTS) adalah strategi efektif mengentikan
penyebarluasan tuberkulosis. WHO merekomendasikan strategi inidengan lima
komitmen, yaitu: komitmen politik, diagnosa dengan mikroskopis, dan kepatuhan
berobat dengan adanya pengawas menelan obat (PMO). ( Muhamad Nizar, SKM, MM,
2010)
Tuberkulosis (TB) di seluruh dunia menyerang 10 juta
orang dan menyebabkan 3 juta kematian setiap tahun. Di negara maju, TB jarang
terjadi, yang menyerang -1 per 10.000 populasi. TB paru paling sering menyerang
masyarakat di Asia, Cina, dan India Barat. Transmisi melalui udara dan kontak
dekat menyebarkan penyakit. Orang usia lanjut, orang yang malnutrisi, atau
orang dengan penekanan sistem imun (infeksi HIV, diabetes melitus, terapi
kortikosteroid, alkoholisme, limfoma intercurrent)
lebih muda terkena. Perbaikan keadaaan rumah dan nutrisi mengurangi insidensi.
(Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, Richard M.Leach dan Charles M. Wiener, 2008)
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan: TBC
2.
Tujuan
Khusus
1) Dapat menjelaskan pengkajian focus pada pasien
dengan penyakit TBC
2)
Mengetahui tanda dan gejala pada pasien
dengan penyakit TBC
3)
Dapat membuat rencana tindakan keperawatan
pada pasien dengan penyakit TBC
4)
Dapat membuat evaluasi atas tindakan
keperawatan yang telah dibuat pada pasien dengan penyakit TBC
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tuberkulosa adalah penyakit menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis.(Heinrich
Jentgens, Magdalene Oberhoffer, Annik Rouillon, Karel Styblo, 1986).
Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Agens
infeksius utama, Mycobacterium
tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat
dan sensitif terhadap panas dan sinar ultravioet. (Brunner dan Suddarth, 2013).
Tuberkulosis TB
adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam
2 sampai 10 minggu setelah pajanan. (Brunner dan Suddarth, 2014)
B.
Etiologi
TBC
Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di
udara. Infeksi disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberculosis(mycobacterium tubercolusis). Seseorang yang terkena infeksi dapat
menyebar partikel kecil melalui batuk, bersin, atau berbicara.Begitu terhisap,
orgnisme secara khas diam di dalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainnya.
TB primer terjadi ketika pasien pada awalnya terkena
infeksi mycobacterium.Setelah dihirup
dalam paru-paru, organisme penyebab suatu reaksi di lokalisir.Ketika makrofag
dan T-Lymphocytes berusaha
mengisolasikan dan memusnahkan mycobacterium
di dalam paru-paru, kerusakan juga disebabkan jaringan paru-paru.Luka Granulomatous yang berkembang berisi mycobacterium,makrofag dan zat lain.
Perubahan necrotic terjadi di dalam granuloma berkembang sepanjang getah
bening sepanjang waktu yang sama. Area ini diciptakan kompleks Ghon’S yang merupakan kombinasi dari
area yang pada awalnya terkena infeksi basil yang naik di udara disebut focus Ghon’S dan luka getah bening. Mayoritas
orang dengan infeksi baru dan system imun yang baik akan menderita infeksi
laten, ketika tubuh memasang batas bagi organisme penginfeksi di dalam granuloma. Penyakit tidak aktif didalam pasien dalam kondisi ini dan tidak
akan ditularkan sampai ada beberapa manifestasi penyakit. Pada pasien dengan
respon imun kurang baik, tuberkolosis akan progresif, kerusakan jaringan
paru-paru terus berlangsung, dan area lain paru-paru juga akan terkena.
Pada TB sekunder, penyakit diaktifkan pada tahap
kemudian.Pasien mungkin terinfeksi kembali dari air liur, atau luka utama
sebelumnya. Karena pasien sebelumnya telah terinfeksi TB, respon imun akan
dengan cepat membatasi infeksi. Area berongga ini terjadi ketika organisme
berjalan sepanjang jalur udara.Eksposur pada TB terjadi ketika seseorang kontak
dengan seseorang yang dicurigai atau dinyatakan menderita TB.Pasien ini tidak
mempunyai tes kulit positif, gejala atau tanda penyakit, atau
perubahan-perubahan sinar-X pada dada.Mereka bisa jadi atau bisa juga tidak
mengidap penyakit. Infeksi TB laten terjadi ketika seseorang mempunyai tes
kulit, tuberculin positif, namun
tidak ada gejala penyakit. Rontgen dada mungkin menunjukkan granuloma atau kalsifikasi.
Penyakit TB ditetapkan ketika seseorang mempunyai
gejala dan tanda tuberkolosis.Rontgen dada biasanya abnormal dalam aspek-aspek
apical paru-paru. Pada pasien HIV, area lain mungkin juga terpengaruh. (Mary
Digiulio, RN, MSN, APRN, BC , Donna Jackson, RN, MSN, APRN, BC , Jim Keogh)
C.
Klasifikasi
TBC
Klasifikasi paru dibagi sebagai berikut :
1. TB
paru BTA positif dengan kriteria:
a. dengan
atau tanpa gejala klinik
b. BTA
positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif 1 kali atau disokong radiologic positif 1 kali
c. Gambaran
radiologi sesuai dengan TB paru
2. TB
paru BTA negative dengan kriteria:
a. Gejala
klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru aktif
b. BTA
negative, biakan negative tetapi radiologi positif
3. Bekas
TB paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik
(mikroskopik dan biakan) negative
b. Gejala
klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
c. Radiologic
menunjukkan gambaran TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah
d. Ada
riwayat pengobatan OAT yang adekuat (mendukung)
D.
Manifestasi
Klinis
MenurutMary
Digiulio, RN, MSN, APRN, BC , Donna Jackson, RN, MSN, APRN, BC , Jim Keogh,
manifestasi klinis meliputi :
Tuberkulosis
sering dijuluki “ the great imitator “ yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang – kadang asimtomatik.
Gambaran
klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik :
1. Gejala
respiratorik, meliputi :
a. Batuk
: gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan . mula – mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampuran darah bila sudah ada kerusakan jaringan
b. Batuk
berdahak : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak – bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah .berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
1). Sesak nafas : gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal – hal yang menyertai
seperti efusi pleura,pneumothorax, anemia dan lain – lain .
2). Nyeri dada : nyeri dada pada TB paru termasuk
nyeri pleuritik yang ringan . gejala ini timbul apabila sistem persarafan di
pleura terkena.
2. Gejala
sistemik, meliputi :
a. Demam :
merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
sedang masa bebas serangan makin pendek
b. Gejala
sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia ,
penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbulnya
gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan , akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
3. Tampak mengantuk
4. Tidak
kuat menghisap
5. Gagal
berkembang (tidak terjadi penumbuhan BB)
6. Pembesaran
hati dan limfa karena organ ini menyaring bakteri tuberculosis sehingga menyebabkan
aktivasi sel-sel darah putih.
7. Lesu
dan lelah karena aktifitas paru-paru
E.
Interpretasi
Hasil Tes
1. Pemeriksaan
Fisik :
a. Terdapat
secret di saluran napas dan ronki
b. Tanda-tanda
infiltrasi suara napas yang ronki basah
c. Tanda-tanda
ada penarikan paru-paru, diafragma dan mediastinum dada
2.
Pada
foto thoraks :
a.
Terdapat
gambaran lesi di bagian atas paru/segmen apical lobus bawah
b.
Gambaran
berawan/bercak
c.
Ada
kavitas tunggal atau ganda
d.
Gambaran
menetap pada pemeriksaan beberapa minggu kemudian
e.
Gambaran
milier
3.
Tes
kulit Positive Mantoux (PPD)
menunjukkan eksposur pada tuberkolusis karena berkembangnya imunitas cell-mediated; umumnya antara 2 sampai
10 minggu sejak terpapar.
4.
Sinar x
dada mungkin menunjukkan area granuloma
atau berongga.
5.
Sputum test mengidentifikasi bakteri M. tuberculosis :
a.
Asam
pewarna diberikan untuk screening awal
TB-bacillusakan menahan nodanya.
b.
Kultur
sesuai dengan diagnosis namun pertumbuhannya lambat.
6. Histologi
atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal,
biopsa kulit) hasil posirif dapat menungjukkan seranga ekstra pulmonal.
7. Biopsy
jarum pada jaringan paru positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell
menunjukkan nekrosis.
8. Darah:
a. LED
: indicator stabilitas biologic penderita, respon terhadap pengobatan dan
prediksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif. Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan
imunoglobulin terutama IgG atau BTA (Loman 2011, dikutip kembali oleh Arif Muttaqin, 2008)
b. Limfosit
: menggambarkan status imunitas penderita (normal atau supresi)`1
c. Elektrolit
: hiponaremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis luas
d. Analisa
gas darah (AGD) : hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan
paru.
9. Tes
faal paru menunjukkan penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara rasidu
dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari
infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit
pleural.
F. Patofisiologi (+bagan)
Penyakit TBC
menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri M. tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah) dan dapat menyebar
melaluipembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah, infeksi
TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, salutan pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian, organ tubuh
yang sering terkena yaitu paru-paru. Saat M. tuberculosis berhasil menginfeksi
paru-paru maka akan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Pada orang-orang yang
memiliki kekebalan tubuh kurang, bakteri akan mengalami perkembangbiakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah
ruang di dalam paru-paru.Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum (dahak).Disamping daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan
jumlah kuman merupakan factor yang memegang peranan penting dalam terjadinya
infeksi TBC.
![]() |
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|

G.
Penatalaksanaan
Pasien dengan TB aktif ditempatkan di ruang isolasi
untuk mengurangi resiko menyebarnya organisme dengan infeksi air liur atau
aerosolisasi.Perawatan dimulai sebagai tindakan pada penyakit yang aktif atau
untuk mereka tanpa penyakit aktif uang belum lama telah terpapar.Terapi
kombinasi biasanya digunakan untuk mengurangi kemungkinan organisme yang
resisten pada obat.Pengobatan antara 6-12 bulan.Pemberian edukasi kepada pasien adalah penting untuk
pemenuhan protocol pengobatan dan memonitor efek samping. Pengulangan kultur
dahak biasanya diambil untuk melihat bahwa perawatan untuk penyakit aktif telah
efektif.
1. Memberikan
medikasi antitubercular untuk
mengobati dan mencegah transmisi:
a. Isoniazid
b. Rifampin
c. Pyrazinamide
d. Ethambutol
e. Streptomycin
2. Isolasi
pernapasan untuk peawatan rawat inap (bakteri disebarkan melalui air liur)
3. Menambah
diet protein, karbohidrat, dan vitamin C untuk pasien.
4. Pemeriksaan
fisik lab :
Pemeriksaan darah rutin memperlihatkan laju endap
darah (LED) normal/meningkat, serta terjadi limpositose (limposit tinggi).
5. Tes
PAP (Perosidase Anti Peroksidase)
Test ini merupakan uji serologi imunoperoksidase
menggunakan alert histogen imunoperoksidase straining untuk menentukan adanya
immunoglobulin G (igG) spesifik terhadap basil TB.
6. Tes
tuberculin / mantoux (pilihan lain)
TBC
dapat dicegah dengan cara:
1. Mengurangi
kontak dengan penderita penyakit TBC aktif
2. Menjaga
standart hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan sehat, dan
berolahraga
3. Pemberian
vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin
diberikan pada balita.
4. Perlu
diingat bahwa mereka yang sudah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena
penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.
Riwayat Penyakit Saat
ini :
Keluhan batuk timbul
paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk
akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, dimana terjadi
iritasi bronkus selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan
menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan
sputum yang bersifat mukoid atau purulen.
Klien TB paru sering
menderita batuk darah. Adanya batuk darah menimbulkan kecemasan pada diri klien
karena batuk darah dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang
diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan
pelayanan keperawatan yang baik pada klien dengan memberi penjelasan tentang kondisi
yang terjadi pada dirinya. Wilson-Barnett dalam Nancy Roper (1996) mengatakan
bahwa ada hubungan terapeutik dengan menjelaskan kepada klien mengenai apa yang
akan terjadi pada dirinya dapat mengurangi kadar tingkat kecemasannya.
Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pengkajian yang
mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB
Paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB Paru seperti
diabetes militus.
Tanyakan mengenai obat –
obat yang biasa diminum, catat adanya efek samping yang terjadi, tanyakan
adanya alergi obat, kaji penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Perawat perlu menanyakan
apakah penyakit TB ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
Pengkajian
Psiko – sosio – spiritual:
Perawat mengumpulkan
data hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat
ini. Pada kondisi klinis, pasien dengan TB Paru sering mengalami kecemasan
bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Perawat juga perlu menanyakan
kondisi pemukiman pasien karena TB Paru sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh. TB Paru umumnya menyerang
masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh non
spesifik dan mengonsumsi kurang bergizi.
H. Konsep Asuhan Keperawatan pada TB
Pengkajian keperawatan
Anamnesis
Keluhan utama
1.
Keluhan
respiratoris, meliputi:
a.
Batuk
keluhan
batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yangpaling sering dikeluhkan.
Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat non produktif atau non
produktif atau sputum bercampur darah.
b.
Batuk
darah
keluhan
batuk darah pada pasien dengan TB paru selalu menjadi alasan pertama untuk
meminta pertolongan kesehatan. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah
yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau beracak-bercak
darah.
c.
Sesak
napas
keluhan
ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau krena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, dan lain-lain.
d.
Nyeri
dada
nyeri
dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persyarafan pleura terkena TB.
2.
Keluhan
sistematis, meliputi:
a.
Demam
Keluhan
yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam
influensa, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
b.
Keluhan
sistematis lain
Keluhan
yang biasa timbul adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa
minggu – bulan. Akan tetapi penampilan akut yang batuk, panas, dan sesak nafas
– walaupun jarang – dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
K.
Diagnosis
keperawatan
1. Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi pernapasan, bunyi napas dan upaya batuk buruk.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi
kebersihan jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil:
a.
Mempertahankan jalan napas klien
b.
Mengeluarkan secret tanpa bantuan
c. Menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan bersihan jalan napas
d. Berpartisipasi
dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan atau situasi
Tindakan keperawatan:
Tindakan mandiri:
a. Kaji
fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama, dan kedalaman dan
penggunaan otot aksesori
b. Catat
kemampuan untuk atau mengeluarkan mukosa atau batuk efektif. Catat karakter,
jumlah, sputum, adanya hematitis.
c. Berikan
pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan pasien
napas dalam.
d.Bersihkan
secret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai keperluan
e. Pertahankan
masukan cairan sedikitnya 2500ml per hari kecuali kontra indikasi
Tindakan Kolaborasi:
a.
Melembabkan udara atau oksigen inspirasi
b.
Beri obat-obatan sesuai indikasi
a) Agen
mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst)
b) Bronkodilator,
contohnya okstrifilin (holedyl) : teofilin
c) Kortikosteroid
(prednisone)
c.
Membantu intubasi darurat
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : dalam waktu 2x24jam setelah diberikan gangguan
pertukaran gas tidak terjadi dengan kriteria hasil:
a.
Melaporkan
penurunan dyspnea
b.
Pasien
menunjukkan tidak ada gejala distres pernapasan
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan
adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal.
Tindakan keperawatan:
Tindakan mandiri:
1) Kaji dyspnea, takipnea, bunyi napas, peningktan upaya
pernapasan, ekspansi toraks, dan kelemahan
2) Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan
perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
3) Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi
khussnya untuk pasien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru
4) Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu
kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan pasien
Tindakan kolaborasi:
1)
Pemeriksaan
AGD
2)
Pemberian
oksigen sesuai kebutuhan tambahan
3)
Pemberian
kortikosteroid
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan batuk, anorexia.
Tujuan: dalam waktu 3x24jam setelah diberikan tindakan
keperawatan, intek nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
a. Menunjukkan
berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai lab normal dan bebas tanda
malnutrisi
b. Melakukan
perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat yang tepat
Tindakan
keperawatan :
Tindakan mandiri:
a.
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan,
catat turgor kulit, BB dan derajat kekurangan BB, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus riwayat mual atau diare
b.
Pastikan pola diet biasa pasien yang disukai
atau tidak disukai pasien
c.
Awasi masukan atau pengeluaran dan BB secara
periodic
Tindakan kolaborasi:
a.
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi
diet
b.
Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal
pengobatan satu sampai dua jam sebelum atau sesudah makan
L.
PRINSIP DOKUMENTASI
i.
Dilakukan segera setelah penanganan pasien
ii.
Dibubuhi tanda tangan dan nama jelas diakhir
pencatatan
iii.
Selalu melakukan proses pencatatan yang
actual, factual, dan realistic sebagai sarana koordinasi asuhan keperawatan
untuk mencegah informasi berulang
iv.
Hasil pencatatan yang dibuat harus jelas,
sistematik, dan terarah. Hal tersebut menjadi penting karena akurasi dan
kelengkapan data dokumen keperawatan.
v.
Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu
(tanggal, bulan, tahun) pada keadaan tertentu diperlukan pula penulisan waktu,
jam, dan menit serta diakhiri dengan tanda tangan dan nama jelas.
vi.
Catatlah fakta yang actual dan berkaitan
vii.
Catatan haruslah jelas ditulis dengan tinta
dalam bahasa yang lugas dan dapat dibaca dengan jelas
viii.
Periksa kembali catatan dan koreksilah
kesalahan sesegera mungkin
ix.
Buatlah salinan untuk diri sendiri karena
perawat harus bertanggungjawab dan bertanggunggugat atas informasi yang
ditulisnya
x.
Jangan menulis komentar yang bersifat
mengkritik klien ataupun tenaga kesehatan lain
xi.
Tulislah hanya uraian objektif, perilaku
klien dilakukan oleh tenaga kesehatan
xii.
Hindari penulisan bersifat umum, diplomatis,
dan tidak terarah, akan tetapi tulislah dengan lengkap, singkat, padat, dan
objektif
xiii.
Bila terdapat pesanan, ataupun instruksi yang
meragukan, berilah catatan : Perlu Klarifikasi.
xiv.
Jangan biarkan catatan akhir perawat kosong
xv.
Tutup kalimat dengan garis lurus (Marilynn E.
Doenges, Mary Frances Moorhouse, Joseph T. Burley,2001)
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah ini, dapat disimpulkan penyakit TBC adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. TBC dapat
ditularkan melalui percikan air liur saat berbicara, sputum atau dahak, udara,
keringat, dan kontak langsung dengan penderita penyakit TBC. Tanda dan gejala
TBC seperti demam, tampak
mengantuk, tidak kuat menghisap, gangguan pernafasan, gagal berkembang (tidak
terjadi penumbuhan BB), dan pembesaran hati dan limfa karena organ ini
menyaring bekteri tuberculosis sehingga menyebabkan aktivasi sel-sel darah
putih. Sesorang yang terinfeksi TBC harus melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan fisik penunjang agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan
sehingga tidak menularkan penyakit kepada orang lain.Diagnosa Keperawatan atau
Masalah Keperawatan yang mungkin muncul adalah
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi
pernapasan, bunyi napas dan upaya batuk buruk, Kerusakan pertukaran gas yang
berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membran
alveolar-kapiler. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan
perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku. Masalah Keperawatan
yang mungkin muncul selanjutnya adalah Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan batuk, anorexia.
DAFTAR PUSTAKA
Digiulio, Marr., Jackson, Donna., Keogh, Jim. (2014).
Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, Andrasaferi., Putri, Yessimariza. (2013). KMB 1
keperawatan medikal bedah (keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Joseph T.
Burley. (1998). Penerapan Proses Keperawatan Dan Diagnosa Keperawatan. Dalam
Setiawan (Penyunt.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Tuberculosis. (t.thn.). Tuberkulosis Paru. Dipetik
September 4, 2014, dari http://tuberkulosis.org/tuberkulosis-paru/.
Brunner and Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

