Kamis, 30 April 2015

asuhan keperawatan TBC


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit tuberkulosis.Menurut catatan Departemen Kesehatan, di Indonesia seperti penderita tersebut ditemukan di RS dan sepertiga lagi di puskesmas, sisanya tidak terdeteksi dengan baik. Jangkauan puskesmas untuk menemukan penderita baru masih sangat terbatas, rumah sakit belum diikutsertakan secara optimal dalam pelaksanaan program directly observed treatment short course (DOTS) adalah strategi efektif mengentikan penyebarluasan tuberkulosis. WHO merekomendasikan strategi inidengan lima komitmen, yaitu: komitmen politik, diagnosa dengan mikroskopis, dan kepatuhan berobat dengan adanya pengawas menelan obat (PMO). ( Muhamad Nizar, SKM, MM, 2010)
Tuberkulosis (TB) di seluruh dunia menyerang 10 juta orang dan menyebabkan 3 juta kematian setiap tahun. Di negara maju, TB jarang terjadi, yang menyerang -1 per 10.000 populasi. TB paru paling sering menyerang masyarakat di Asia, Cina, dan India Barat. Transmisi melalui udara dan kontak dekat menyebarkan penyakit. Orang usia lanjut, orang yang malnutrisi, atau orang dengan penekanan sistem imun (infeksi HIV, diabetes melitus, terapi kortikosteroid, alkoholisme, limfoma intercurrent) lebih muda terkena. Perbaikan keadaaan rumah dan nutrisi mengurangi insidensi. (Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, Richard M.Leach dan Charles M. Wiener, 2008)



B.     Tujuan
1.              Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan: TBC

2.          Tujuan Khusus
1)   Dapat menjelaskan pengkajian focus pada pasien dengan penyakit TBC
2)   Mengetahui tanda dan gejala pada pasien dengan penyakit TBC
3)   Dapat membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit TBC
4)   Dapat membuat evaluasi atas tindakan keperawatan yang telah dibuat pada pasien dengan penyakit TBC

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Tuberkulosa adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis.(Heinrich Jentgens, Magdalene Oberhoffer, Annik Rouillon, Karel Styblo, 1986).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Agens infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultravioet. (Brunner dan Suddarth, 2013).
Tuberkulosis TB adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan. (Brunner dan Suddarth, 2014)

B.     Etiologi TBC
Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberculosis(mycobacterium tubercolusis). Seseorang yang terkena infeksi dapat menyebar partikel kecil melalui batuk, bersin, atau berbicara.Begitu terhisap, orgnisme secara khas diam di dalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainnya.
TB primer terjadi ketika pasien pada awalnya terkena infeksi mycobacterium.Setelah dihirup dalam paru-paru, organisme penyebab suatu reaksi di lokalisir.Ketika makrofag dan T-Lymphocytes berusaha mengisolasikan dan memusnahkan mycobacterium di dalam paru-paru, kerusakan juga disebabkan jaringan paru-paru.Luka Granulomatous yang berkembang berisi mycobacterium,makrofag dan zat lain. Perubahan necrotic terjadi di dalam granuloma berkembang sepanjang getah bening sepanjang waktu yang sama. Area ini diciptakan kompleks Ghon’S yang merupakan kombinasi dari area yang pada awalnya terkena infeksi basil yang naik di udara disebut focus Ghon’S dan luka getah bening. Mayoritas orang dengan infeksi baru dan system imun yang baik akan menderita infeksi laten, ketika tubuh memasang batas bagi organisme penginfeksi di dalam granuloma. Penyakit tidak aktif  didalam pasien dalam kondisi ini dan tidak akan ditularkan sampai ada beberapa manifestasi penyakit. Pada pasien dengan respon imun kurang baik, tuberkolosis akan progresif, kerusakan jaringan paru-paru terus berlangsung, dan area lain paru-paru juga akan terkena.
Pada TB sekunder, penyakit diaktifkan pada tahap kemudian.Pasien mungkin terinfeksi kembali dari air liur, atau luka utama sebelumnya. Karena pasien sebelumnya telah terinfeksi TB, respon imun akan dengan cepat membatasi infeksi. Area berongga ini terjadi ketika organisme berjalan sepanjang jalur udara.Eksposur pada TB terjadi ketika seseorang kontak dengan seseorang yang dicurigai atau dinyatakan menderita TB.Pasien ini tidak mempunyai tes kulit positif, gejala atau tanda penyakit, atau perubahan-perubahan sinar-X pada dada.Mereka bisa jadi atau bisa juga tidak mengidap penyakit. Infeksi TB laten terjadi ketika seseorang mempunyai tes kulit, tuberculin positif, namun tidak ada gejala penyakit. Rontgen dada mungkin menunjukkan granuloma atau kalsifikasi.
Penyakit TB ditetapkan ketika seseorang mempunyai gejala dan tanda tuberkolosis.Rontgen dada biasanya abnormal dalam aspek-aspek apical paru-paru. Pada pasien HIV, area lain mungkin juga terpengaruh. (Mary Digiulio, RN, MSN, APRN, BC , Donna Jackson, RN, MSN, APRN, BC , Jim Keogh)

C.    Klasifikasi TBC
Klasifikasi paru dibagi sebagai berikut :
1.      TB paru BTA positif dengan kriteria:
a.       dengan atau tanpa gejala klinik
b.      BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologic positif 1 kali
c.       Gambaran radiologi sesuai dengan TB paru
2.      TB paru BTA negative dengan kriteria:
a.       Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru aktif
b.      BTA negative, biakan negative tetapi radiologi positif
3.      Bekas TB paru dengan kriteria:
a.       Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative
b.      Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
c.       Radiologic menunjukkan gambaran TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah
d.      Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (mendukung)

D.    Manifestasi Klinis
MenurutMary Digiulio, RN, MSN, APRN, BC , Donna Jackson, RN, MSN, APRN, BC , Jim Keogh, manifestasi klinis meliputi :
Tuberkulosis sering dijuluki “ the great imitator “ yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang – kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :
1.      Gejala respiratorik, meliputi :
a.       Batuk : gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan . mula – mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampuran darah bila sudah ada kerusakan jaringan
b.      Batuk berdahak : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak – bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah .berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
1). Sesak nafas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal – hal yang menyertai seperti efusi pleura,pneumothorax, anemia dan lain – lain .
2). Nyeri dada : nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan . gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2.   Gejala sistemik, meliputi :
a. Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek
b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia , penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan , akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
3. Tampak mengantuk
4.   Tidak kuat menghisap
5.   Gagal berkembang (tidak terjadi penumbuhan BB)
6.  Pembesaran hati dan limfa karena organ ini menyaring bakteri tuberculosis sehingga menyebabkan aktivasi sel-sel darah putih.
7.    Lesu dan lelah karena aktifitas paru-paru
E.     Interpretasi Hasil Tes
1.      Pemeriksaan Fisik :
a.       Terdapat secret di saluran napas dan ronki
b.      Tanda-tanda infiltrasi suara napas yang ronki basah
c.       Tanda-tanda ada penarikan paru-paru, diafragma dan mediastinum dada

2.      Pada foto thoraks :
a.       Terdapat gambaran lesi di bagian atas paru/segmen apical lobus bawah
b.      Gambaran berawan/bercak
c.       Ada kavitas tunggal atau ganda
d.      Gambaran menetap pada pemeriksaan beberapa minggu kemudian
e.       Gambaran milier

3.      Tes kulit Positive Mantoux (PPD) menunjukkan eksposur pada tuberkolusis karena berkembangnya imunitas cell-mediated; umumnya antara 2 sampai 10 minggu sejak terpapar.

4.      Sinar x dada mungkin menunjukkan area granuloma atau berongga.

5.      Sputum test mengidentifikasi bakteri M. tuberculosis :
a.       Asam pewarna diberikan untuk screening awal TB-bacillusakan menahan nodanya.
b.      Kultur sesuai dengan diagnosis namun pertumbuhannya lambat.

6.      Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal, biopsa kulit) hasil posirif dapat menungjukkan seranga  ekstra pulmonal.

7.      Biopsy jarum pada jaringan paru positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan nekrosis.


8.      Darah:
a.       LED : indicator stabilitas biologic penderita, respon terhadap pengobatan dan prediksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif. Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG atau BTA (Loman 2011, dikutip kembali oleh Arif Muttaqin, 2008)
b.      Limfosit : menggambarkan status imunitas penderita (normal atau supresi)`1
c.       Elektrolit : hiponaremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis luas
d.      Analisa gas darah (AGD) : hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru.

9.      Tes faal paru menunjukkan penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara rasidu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural.

F.     Patofisiologi (+bagan)
Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri M. tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah) dan dapat menyebar melaluipembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah, infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, salutan pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian, organ tubuh yang sering terkena yaitu paru-paru. Saat M. tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru maka akan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Pada orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh kurang, bakteri akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru.Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak).Disamping daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan factor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.






Sembuh  dengan fokus Ghon
 
Infeksi pasca-primer (Reaktivasi)
 
Sembuh dengan fibrotik
 
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian
 
 








Reaksi infeksi/inflamasi , membentuk kavitas dan merusak parenkim paru
 
                                                                                            
 












G.    Penatalaksanaan
Pasien dengan TB aktif ditempatkan di ruang isolasi untuk mengurangi resiko menyebarnya organisme dengan infeksi air liur atau aerosolisasi.Perawatan dimulai sebagai tindakan pada penyakit yang aktif atau untuk mereka tanpa penyakit aktif uang belum lama telah terpapar.Terapi kombinasi biasanya digunakan untuk mengurangi kemungkinan organisme yang resisten pada obat.Pengobatan antara 6-12 bulan.Pemberian edukasi kepada pasien adalah penting untuk pemenuhan protocol pengobatan dan memonitor efek samping. Pengulangan kultur dahak biasanya diambil untuk melihat bahwa perawatan untuk penyakit aktif telah efektif.
1.      Memberikan medikasi antitubercular untuk mengobati dan mencegah transmisi:
a.       Isoniazid
b.      Rifampin
c.       Pyrazinamide
d.      Ethambutol
e.       Streptomycin
2.      Isolasi pernapasan untuk peawatan rawat inap (bakteri disebarkan melalui air liur)
3.      Menambah diet protein, karbohidrat, dan vitamin C untuk pasien.
4.      Pemeriksaan fisik lab :
Pemeriksaan darah rutin memperlihatkan laju endap darah (LED) normal/meningkat, serta terjadi limpositose (limposit tinggi).
5.      Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase)
Test ini merupakan uji serologi imunoperoksidase menggunakan alert histogen imunoperoksidase straining untuk menentukan adanya immunoglobulin G (igG) spesifik terhadap basil TB.
6.      Tes tuberculin / mantoux (pilihan lain)

TBC dapat dicegah dengan cara:
1.      Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif
2.      Menjaga standart hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan sehat, dan berolahraga
3.      Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada balita.
4.      Perlu diingat bahwa mereka yang sudah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.

Riwayat Penyakit Saat ini :
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, dimana terjadi iritasi bronkus selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan sputum yang bersifat mukoid atau purulen.
Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah menimbulkan kecemasan pada diri klien karena batuk darah dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan pelayanan keperawatan yang baik pada klien dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang terjadi pada dirinya. Wilson-Barnett dalam Nancy Roper (1996) mengatakan bahwa ada hubungan terapeutik dengan menjelaskan kepada klien mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya dapat mengurangi kadar tingkat kecemasannya.
           

Riwayat Penyakit Dahulu :
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB Paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB Paru seperti diabetes militus.
Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa diminum, catat adanya efek samping yang terjadi, tanyakan adanya alergi obat, kaji penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir.
           
            Riwayat Penyakit Keluarga :
Perawat perlu menanyakan apakah penyakit TB ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.

Pengkajian Psiko – sosio – spiritual:
Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Pada kondisi klinis, pasien dengan TB Paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman pasien karena TB Paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh. TB Paru umumnya menyerang masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik dan mengonsumsi kurang bergizi.   

H.    Konsep Asuhan Keperawatan pada TB
Pengkajian keperawatan
Anamnesis
Keluhan utama
1.      Keluhan respiratoris, meliputi:
a.       Batuk
keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yangpaling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat non produktif atau non produktif atau sputum bercampur darah.
b.      Batuk darah
keluhan batuk darah pada pasien dengan TB paru selalu menjadi alasan pertama untuk meminta pertolongan kesehatan. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau beracak-bercak darah.
c.       Sesak napas
keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau krena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, dan lain-lain.
d.      Nyeri dada
nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan pleura terkena TB.
2.      Keluhan sistematis, meliputi:
a.       Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam influensa, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
b.      Keluhan sistematis lain
Keluhan yang biasa timbul adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu – bulan. Akan tetapi penampilan akut yang batuk, panas, dan sesak nafas – walaupun jarang – dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.



K. Diagnosis keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi pernapasan, bunyi napas dan upaya batuk buruk.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil:
a.     Mempertahankan jalan napas klien
b.     Mengeluarkan secret tanpa bantuan
c.    Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan bersihan jalan napas
d.   Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan atau situasi
Tindakan keperawatan:
Tindakan mandiri:
a. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama, dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk atau mengeluarkan mukosa atau batuk efektif. Catat karakter, jumlah, sputum, adanya hematitis.
c. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan pasien napas dalam.
d.Bersihkan secret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai keperluan
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml per hari kecuali kontra indikasi
Tindakan Kolaborasi:
a.     Melembabkan udara atau oksigen inspirasi
b.     Beri obat-obatan sesuai indikasi
a) Agen mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst)
b) Bronkodilator, contohnya okstrifilin (holedyl) : teofilin
c) Kortikosteroid (prednisone)
c.     Membantu intubasi darurat

1.    Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : dalam waktu 2x24jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan kriteria hasil:
a.      Melaporkan penurunan dyspnea
b.     Pasien menunjukkan tidak ada gejala distres pernapasan
c.    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal.
Tindakan keperawatan:
Tindakan mandiri:
1)   Kaji dyspnea, takipnea, bunyi napas, peningktan upaya pernapasan, ekspansi toraks, dan kelemahan
2)   Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
3)   Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khussnya untuk pasien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru
4)   Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan pasien
Tindakan kolaborasi:
1)    Pemeriksaan AGD
2)    Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan
3)    Pemberian kortikosteroid
2.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan batuk, anorexia.
Tujuan: dalam waktu 3x24jam setelah diberikan tindakan keperawatan, intek nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
a.    Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai lab normal dan bebas tanda malnutrisi
b.    Melakukan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat
Tindakan keperawatan :
Tindakan mandiri:
a.       Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, BB dan derajat kekurangan BB, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus riwayat mual atau diare
b.      Pastikan pola diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai pasien
c.       Awasi masukan atau pengeluaran dan BB secara periodic
Tindakan kolaborasi:
a.       Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
b.      Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan satu sampai dua jam sebelum atau sesudah makan

L.     PRINSIP DOKUMENTASI
                                                                                                  i.      Dilakukan segera setelah penanganan pasien
                                                                                                ii.      Dibubuhi tanda tangan dan nama jelas diakhir pencatatan
                                                                                              iii.      Selalu melakukan proses pencatatan yang actual, factual, dan realistic sebagai sarana koordinasi asuhan keperawatan untuk mencegah informasi berulang
                                                                                              iv.      Hasil pencatatan yang dibuat harus jelas, sistematik, dan terarah. Hal tersebut menjadi penting karena akurasi dan kelengkapan data dokumen keperawatan.
                                                                                                v.      Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu (tanggal, bulan, tahun) pada keadaan tertentu diperlukan pula penulisan waktu, jam, dan menit serta diakhiri dengan tanda tangan dan nama jelas.
                                                                                              vi.      Catatlah fakta yang actual dan berkaitan
                                                                                            vii.      Catatan haruslah jelas ditulis dengan tinta dalam bahasa yang lugas dan dapat dibaca dengan jelas
                                                                                          viii.      Periksa kembali catatan dan koreksilah kesalahan sesegera mungkin
                                                                                              ix.      Buatlah salinan untuk diri sendiri karena perawat harus bertanggungjawab dan bertanggunggugat atas informasi yang ditulisnya
                                                                                                x.      Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien ataupun tenaga kesehatan lain
                                                                                              xi.      Tulislah hanya uraian objektif, perilaku klien dilakukan oleh tenaga kesehatan
                                                                                            xii.      Hindari penulisan bersifat umum, diplomatis, dan tidak terarah, akan tetapi tulislah dengan lengkap, singkat, padat, dan objektif
                                                                                          xiii.      Bila terdapat pesanan, ataupun instruksi yang meragukan, berilah catatan : Perlu Klarifikasi.
                                                                                          xiv.      Jangan biarkan catatan akhir perawat kosong
                                                                                            xv.      Tutup kalimat dengan garis lurus (Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Joseph T. Burley,2001)





BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah ini, dapat disimpulkan penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. TBC dapat ditularkan melalui percikan air liur saat berbicara, sputum atau dahak, udara, keringat, dan kontak langsung dengan penderita penyakit TBC. Tanda dan gejala TBC seperti demam, tampak mengantuk, tidak kuat menghisap, gangguan pernafasan, gagal berkembang (tidak terjadi penumbuhan BB), dan pembesaran hati dan limfa karena organ ini menyaring bekteri tuberculosis sehingga menyebabkan aktivasi sel-sel darah putih. Sesorang yang terinfeksi TBC harus melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fisik penunjang agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan sehingga tidak menularkan penyakit kepada orang lain.Diagnosa Keperawatan atau Masalah Keperawatan yang mungkin muncul adalah  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi pernapasan, bunyi napas dan upaya batuk buruk, Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membran alveolar-kapiler. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul selanjutnya adalah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan batuk, anorexia.







DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Marr., Jackson, Donna., Keogh, Jim. (2014). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, Andrasaferi., Putri, Yessimariza. (2013). KMB 1 keperawatan medikal bedah (keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Joseph T. Burley. (1998). Penerapan Proses Keperawatan Dan Diagnosa Keperawatan. Dalam Setiawan (Penyunt.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Tuberculosis. (t.thn.). Tuberkulosis Paru. Dipetik September 4, 2014, dari http://tuberkulosis.org/tuberkulosis-paru/.

Brunner and Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.